STUDENTA- Apa kriteria aktivitas kerja kita bernilai ibadah? pertanyaan itu saya kira cocok untuk mengawali postingan kali ini. Rasulullah dalam sebuah hadits tentang ibadah menjelaskan bahwa konsep kerja bernilai ibadah (ihsan) adalah ketika kita senantiasa yakin bahwa Allah melihat setiap apa yang kita kerjakan.
Engkau beribadah seolah-olah melihat Allah, dan jika kamu tak bisa melihatNya, maka yakinlah sungguh Dia melihatmu
Mari coba kita simulasikan ketika kita berada di tempat kerja. Bayangkan pada suatu waktu kita dipanggil oleh Pimpinan (bos), kemudian diminta mengerjakan sesuatu di depannya. Artinya saat kita bekerja, pimpinan kita mengawasinya secara langsung. Kira-kira bagaiamana cara kita menegerjakan pekerjaan tersebut? Saya yakin, kita semua tidak berani bermain-main dan akan berusaha bekerja sebaik mungkin.
Masalahnya, dalam sehari belum tentu kita dipanggil atau diminta mengerjakan sesuatu di depan dia. Bahkan bisa jadi, 95% (bisa tawar ya hehe) pekerjaan yang kita lakukan, tanpa ada atasan yang mengawasi secara langsung cara kita bekerja. Akhirnya, terkadang kita bekerja kurang serius, asal-asalan dan hasilnya lebih lambat dan kurang baik, bukan lebih cepat lebih baik.
Saat kerja ibadah menjadi amalan, maka yang menjadi atasan kita adalah Allah
Kita yakin bahwa Allah itu ada dan tidak hanya ada tapi juga Maha Melihat, menyaksikan segala perbuatan kita. Ada perbedaan dampak antara sekedar hanya yakin ada dan yakin ada dan melihat.
Contohnya, apakah semua orang yang berkendaraan yakin polisi itu ada ? Tentu yakin. Tapi mengapa masih sering terjadi pelanggaran aturan lalu lintas? Karena kita hanya yakin polisi itu ada tapi tidak yakin kalau dia melihat kita. Coba kalau kita melihat ada polisi di jalan raya, apakah kita berani melanggar peraturan lalu lintas ? Tentu saja tidak berani karena polisi dapat melihat dan menangkap kita.
Jika kerja ibadah menjadi amalan, bukanlah Allah Maha Melihat? Maha Melihat di mana pun kita berada? Tidak ada tempat tersembunyi dari penglihatanNya. Sehingga meskipun atasan tidak melihat saat bekerja tapi Allah Yang Melihat. Maka tentu kita akan bekerja sebaik mungkin sebagaimana jika kita bekerja di saksikan oleh atasan kita.
Tentu kita tidak akan berani melakukan kecurangan, manipulasi, atau bahkan korupsi karena Allah sedang menyaksikan kita bekerja. Kita akan bekerja dengan penuh tanggung jawab, amanah, jujur dan berusaha istiqamah yang semua berlandaskan jiwa tauhid dan ikhlas.
Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. At-Taubah ayat 105)
Dampaknya adalah pekerjaan kita efektif dan efisien. Efektif karena sesuai dengan standar atau bahkan melebihi kualitas standar kualitas yang ditetapkan efisien karena kita menggunakan sumber daya secara tepat guna, jauh dari pemborosan, mubazir baik dana maupun waktu. Apalagi jika kita merenungkan ayat ini: