Selamat Jalan Sang Maestro “Didi Kempot”


Didi Prasetyo atau yang lebih akrab disapa dengan nama panggungnya Didi Kempot, telah kembali kepada Sang Pemilik Hidup pada 5 Mei 2020. Nama panggung Didi Kempot tersebut diambil dari nama komunitasnya yaitu Kempot yang merupakan kepanjangan dari Komunitas Pengamen Trotoar. Sebelum popular dan bernyanyi dari panggung ke panggung,

Didi Kempot merupakan penyanyi jalanan di trotoar dengan komunitasnya

Lambat laun, suara merdu dan karya-karya beliau semakin  terkenal di masyarakat luas, tak hanya di Jawa bahkan seluruh Indonesia. Kabarnya, karya-karya beliau juga tidak hanya terkenal di Indonesia, namun juga terkenal di Suriname dan Belanda. Bahkan, dituturkan oleh Gus Mifta di channel Youtube Deddy Corbuzier, bahwa Didi Kempot juga sering konser di Suriname.

Latar belakang Didi Kempot berasal dari keluarga seniman. Tak heran jika jiwa seni yang tertanam dalam jiwa beliau sangat mengakar. Namun, semangat beliau patut diapresiai dan diacungkan banyak jempol karena beliau tidak malu hidup sederhana.

Memulai karir dari nol menjadi pengamen jalanan, memperbaiki kualitas, memperbaharui semangat dan tentunya  tidak pernah berhenti berkarya sampai beliau populer menjadi sorotan dengan julukan Lord Didi Kempot. Sudah ada sekitar 800-an lebih lagu yang beliau ciptakan. Diantaranya lagu-lagu yang memiliki makna patah hati seperti lagu yang berjudul :

Cidro, Sewu Kutho, Stasiun Balapan, Banyu Langit, Tanjung Mas Ninggal Janji, dan sebagainya merupakan karya-karya  yang memiliki makna patah  hati tingkat tinggi

Lagu patah hati yang banyak digandrungi para pemuda yang ambyar. Sakit  hati yang mendalam karena perasaan cinta pada dia yang menghilang dan tidak memberi kepastian.

Kondisi  jiwa pemuda yang sedang patah hati ini pun sering digambarkan sebagai pemuda yang gelisah karena cintanya. Bahkan, ada  penggemarnya sampai menangis terisak tatkala menonton konser karena lagu-lagu patah hati yang beliau bawakan. Kondisi patah hati yang tak dapat dibendung ini dijuluki dengan kata “Ambyar” dan para penggemar Didi Kempot pun dijuluki sebagai “Sobat Ambyar”.

Kata Ambyar merupakan kata serapan dari Bahasa Jawa yang saat ini  terkenal di semua kalangan penggemar Didi Kempot. Bahkan kata “Ambyar”  telah di masukkan ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang sebelumnya tidak ada di kamus.  “Ambyar” menurut KBBI artinya bercerai-berai; berpisah-pisah; tidak terkonsentrasi lagi.

Sang Maestro Didi Kempot, dijuluki sebagai  “The Godfather of Brokenheart” oleh  penggemarnya. Arti dari “The Godfather of Brokenheart” adalah Bapak Patah Hati Nasional. Hal ini karena terdapat karya-karya beliau yang sangat populer yaitu lagu-lagu yang memiliki makna mendalam tentang kondisi jiwa yang dilanda patah hati.

Jika mendengarkan karya-karya beliau yang disebutkan diatas, serasa hati ini sedang mengalami patah hati beneran lho

Pada kenyataanya, ketika mendengarkan lagu patah hati tersebut  menjadi suka dikarenakan pembawaanya enak dan menghayati sehingga mengalir ikut sedih terbawa dalam lagu tersebut. Nahhh, apalagi kalau sedang patah hati beneran ya.. maka mendengarkan lagu-lagu tersebut akan semakin bertambah patah menjadi kepingan-kepingan hati ketika mendengarkannya  di kala gerimis turun. Yeaaaa..

Tak dipungkiri, bisa kita lihat  karya-karya Didi Kempot  merupakan lagu yang bercorak Campursari, Keroncong, Dangdut dan Pop.  Jika kita dengar dan kaji lebih teliti, lagu-lagu yang dibawakan oleh Didi Kempot dominan menggunakan Bahasa Daerah yaitu Bahasa Jawa.

Secara tidak langsung melalui lagu – lagu yang diciptakan Didi Kempot, beliau telah mengangkat eksistensi Bahasa Jawa supaya tidak punah dimakan oleh zaman. Faktanya, penggemar Didi Kempot tidak hanya remaja saja, semua kalangan menggandrungi lagu-lagu Didi Kempot.

Penggemarnya mulai dari anak kecil , remaja, dewasa bahkan sampai orang yang sudah tua. Mulai dari kalangan bawah, menengah, bahkan sampai kalangan menengah ke atas pun juga kenal dengan lagu-lagu beliau.

Faktanya, Didi Kempot bisa mengangkat eksistensi Bahasa Jawa dan menunjukkan Budaya Jawa melalui karya lagu-lagunya

Jika sahabat mengikuti perkembangan karya beliau sejak awal, ada lagunya yang berjudul “Cukur Kuncung”. Lagu ini mengisahkan tentang keasrian hidup di desa dalam kesederhanaan. Dan masih banyak lagi karya-karya beliau yang selalu menunjukkan nama-nama tempat yang ada di Jawa, nama kota, dan sebagainya.

Sahabat, pelajaran yang bisa kita ambil adalah bagaimana peran kita selanjutnya sebagai pemuda dalam membantu mengangkat eksistensi Bahasa Daerah seperti yang dilakukan Didi Kempot. Apakah kita hanya berhenti begini saja tidak membawa perubahan dan tidak berkontribusi dalam melestarikan Bahasa Daerah warisan nenek moyang kita?

Renungan utuk diri sendiri. Jangan sampai kita bilang bahwa kita adalah nasionalis tapi kita lupa dengan penerapan Bahasa Daerah dalam kehidupan sehari-hari. Bahas Asing juga perlu kita kuasai, namun tetap kita jaga apa yang kita punya dalam negeri ini. Mari selalu berkarya walaupun dimulai dari hal kecil, kampanye  melalui literasi.

Belajar dari Didi Kempot, kita bisa mengambil pelajaran bahwa :

Tetap semangat, jangan pernah merasa minder, jangan pernah merasa sedih ketika sedang berada dibawah, karena hal besar dimulai dari hal yang paling kecil. Semua dimulai dari nol dan kerja keras. Maka, hasil tidak akan pernah mengkhianati proses, walaupun harus perih terlebih dahulu.


What's Your Reaction?

Terharu Terharu
0
Terharu
Sedih Sedih
0
Sedih
Bingung Bingung
0
Bingung
Marah Marah
0
Marah
Suka Suka
0
Suka
Sri Winda Utami
Everyone is a teacher and every place is a school