STUDENTA – Puisi merupakan kata- kata yang sakral, yang membungkus ekspresi dari seorang penulis. Para penyair dan penulis selalu memiliki variasi dalam menyampaikan suatu kejadian, ide, perasaan yang ditangkap dengan gaya yang berbeda- beda. Salah satu yang saya gemari adalah Penyair Kontemporer Indonesia yakni Aan Mansyur.
Aan Mansyur merupakan penyair kelahiran Bone Sulawesi Selatan, kelahiran tahun 1982 ini merupakan sosok penyair yang membawa ciri khas dunia sastra yang berbeda yakni, “Merawat diri dengan puisi”, puisi- puisinya membawa kita untuk terus berefleksi akan diri sendiri dan dunia luar. Namanya semakin populer “Tidak ada New York Hari Ini” adalah karya yang dimaksudkan untuk menjadi jiwa dari Ada Apa dengan Cinta 2. Film keduanya tentu tidak bisa lepas dari pengaruh film pertamanya, meski kedua film tersebut terpaut jarak 14 tahun dari tahun 2002 hingga rilis sekuelnya pada tahun 2016. (Wawan S: 2021)
Kini dia telah menerbitkan karya terakhirnya. Kumpulan puisi “Waktu yang tepat untuk melupakan waktu”; yang akan diterbitkan oleh Shira Media Publisher pada bulan Oktober tahun ini, dan masa pre-order buku ini dibuka mulai tanggal 1 Oktober hingga 31 Oktober 2021. Tetapi pada kali ini ada puisi yang unik, juga salah satu yang membuat nama beliau semakin populer yakni Puisi “Tidak Ada New York Hari Ini”. (Wawan S: 2021)
Analisis Makna
Dalam kehidupan kita, tentu kita terkadang merasakan kekosongan dan kehampaan, karena beberapa hal telah kita capai. Atau justru kita tidak pernah mencapai apapun. Kekecewaan telah menumpuk berat dalam hidup kita. Puisi “Tidak Ada New York Hari Ini” mencoba menggali kembali makna- makna yang ada. Begini isi puisinya,
Tidak Ada New York Hari Ini
Tidak ada New York hari ini.
Tidak ada New York kemarin.
Aku sendiri dan tidak berada di sini.
Semua orang adalah orang lain.
Bahasa ibu adalah kamar tidurku.
Kupeluk tubuh sendiri.
Dan cinta-kau tak ingin aku mematikan mata lampu.
Jendela terbuka dan masa lampau memasukiku
sebagai angin.
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening. Kau yang
dingin di kenang.
Dalam bait yang pertama kata yang dibuka adalah “tidak ada” sebuah makna negatif dari keberadaan. Secara tidak langsung penulis ingin menuliskan dan menggambarkan seseorang yang mengalami kehidupan yang “monoton melankolis”, sebuah pernyataan tentang eksistensi “Aku” dalam posisi itu, bila kita maknai secara spiritual, “Aku sendiri dan tidak berada disini” memiliki posisi yang mendalam, artinya kesepian yang dialami membawa kita untuk bermuhasabah lebih dalam, untuk mengetahui siapa diri kita.
Kemudian secara langsung bait pertama juga menggambarkan orang yang tidak memiliki keinginan dan harapan lebih, ia menjalani hidup sebagaimana orang lain menjalaninya. Tetapi uniknya Aan Mansyur memilih kota New York daripada kota lainnya. New York adalah kota terpadat di Amerika Serikat. Kota ini juga merupakan pusat wilayah metropolitan New York, salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. Sebagai kota global terkemuka, New York memiliki pengaruh besar terhadap perdagangan dunia, keuangan, media, budaya, seni, mode, penelitian, dan hiburan. Maka layak saja dijuluki “The City That Never Sleeps.” (Bintang: 2023)
Secara background puisinya jika dibaca, menceritakan seseorang yang asing di negeri lain seperti seorang musafir yang hampa melakukan segala sesuatu. Tetapi dalam bait selanjutnya ia menekankan “Bahasa Ibu” yang bisa dimaknai sebagai kasih sayang, Cinta, atau bahasa ibu sesungguhnya. Yakni ucapan ibunya. Dimaknai sebagai tempat ternyaman untuk pulang, istirahat. Sampai- sampai Aan Mansyur merepresentasikan kerinduan dengan menghargai diri sendiri lewat bait “Kupeluk tubuh sendiri”. Dan “Cinta” dalam bait tersebut berusaha agar kita tidak memejamkan mata atau mengakhiri hidup, lewat simbol “Mematikan lampu”. (Taqwiem: 2018)
Sampai akhirnya hati dan pikiran, perasaan terbuka melalui simbol jendela. Yang mengaitkan Cinta, akan kejadian masa lalu yang mudah masuk saja, disimbolkan seperti angin. Kemudian bait selanjutnya “Meriang” simbol ketidak enaan akan masa lalu, sebab manusia sekarang ada karena dibangun oleh masa lalunya yang sulit, penderitaan, kehilangan, kekecewaan. Bayang- bayang masa lalu itu seperti overthinking atau mengalami kejadian serupa, atau sesuatu yang mengingatkan pada masa lalu. Kata “Panas” dan “Dingin” merupakan kata sifat yang dirasakan, pada akhirnya bait terakhir itu mengingatkan kita akan menyikapi masa lalu yang panas juga dingin. (Taqwiem: 2018)
Garis Besar Puisi
Secara garis besar puisi tersebut, seperti mengisahkan seseorang yang berada dalam keramaian tetapi mengalami kehidupan Nothingness (kehampaan). Kehampaan dalam perspektif teologis dimaknai orang yang kehilangan iman. Bagi orang-orang abad ini, kehampaan dan kekosongan. Ini merupakan permasalahan yang mendasar karena memaknai sesuatu yang “tidak ada apa-apanya”. “Arti kehidupan”;. Kekosongan berhubungan dengan prinsip-prinsip keberadaan manusia. Ketika orang mengalami kecemasan dan keraguan.
Seperti yang dijelaskan Nitisani Keiji, pemikir Buddhis abad 20, berikut; “keraguan besar muncul dari kedalaman hidup kita ketika kita memaksakan keraguan kita (Siapakah saya? Mengapa saya ada di sini?) hingga batasnya sebagai upaya sadar untuk menipu diri sendiri. Depresi Hebat tidak hanya menandai puncak keraguan, tetapi juga ‘mati’ dan lenyap, meninggalkan uang dan… Keraguan besar muncul seiring terbukanya ruang kosong”. (Haryono, dkk: 2021)
Puisi Aan Mansyur “Tidak ada New York Hari Ini”, menggambarkan konsep kritik akan manusia pada hari ini yang menjalani dirinya penuh kekosongan dan kehampaan. Serta menggali lagu fungsi cinta, dan masa lalu. Sehingga manusia bisa merasakan arti dari kekosongan dan kehampaan, seperti yang dijelaskan Nitisani. Semoga puisi itu memberikan arti yang mendalam bagi kita, semoga bermanfaat. Sekian.
Ditulis oleh : Krisna Wahyu Yanuar
Mahasiswa UIN Satu Tulungagung
Daftar Pustaka
Wawan S. 2021.“Buku Puisi ‘Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu’ Aan Mansyur Terbit Bulan Ini”, Detik.com: https://hot.detik.com/book/d-5751967/buku-puisi-waktu-yang-tepat-untuk-melupakan-waktu-aan-mansyur-terbit-bulan-ini.
Bintang. 2023. “New York, Kota Dunia yang Tak Pernah Tidur”, Republika Merdeka.com: https://publika.rmol.id/read/2023/02/12/563389/new-york-kota-dunia-yang-tak-pernah-tidur
Taqwiem. 2018. “SEMIOTIKA PUISI TIDAK ADA NEW YORK HARI INI KARYA M AAN MANSYUR”. Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 7 No. 1, hlm. 60- 65.
Haryono, dkk. 2021. “KEHAMPAAN (NOTHINGNESS) Sebuah Jalan Interspiritualitas”. Gema Teologika, Vol. 6 No. 1, hlm. 9.