STUDENTA- Pada postingan kali ini, saya ingin memulai dengan mengucapkan selamat dan sukses Milad Muhammadiyah ke 108. Semoga Muhammadiyah tetap konsisten berta’awun untuk negeri seperti tempa yang diusung oleh Muhammadiyah; Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri.
Jika melihat sejarah Muhammadiyah sejak kelahirannya sampai tumbuh dan berkembang seperti sekarang ini; terdapat ciri-ciri khusus atau khas yang menjadi identitas gerakan dalam setiap gerak perjuangannya. Ciri-ciri itu adalah :
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam
Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai hasil konkrit dari telaan dan pendalaman (tadabbur) beliau terhadap Al-Qur’anul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya menjadi faktor paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah. Sementara faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang semata atau faktor pemicu semata.
Dengan ketelitiannya yang sangat memadai setiap mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an, khususnya ketika menelaah surat Ali-Imran ayat 102 s/d 104; maka akhirnya melahirkan amalan konkrit yaitu lahirnya Muhammadiyah. Kajian serupa ini terus dikembangkan terhadap ayat-ayat lainnya.
Hasil kajian ayat-ayat tersebut, yang oleh KHR. Hadjid dinamakan : “Ajaran KH. Ahmad Dahlan dengan kelompok 17 ayat-ayat Al-Qur’an”; di dalamnya tergambar secara jelas ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiannya kepada Allah SWT.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh nilai-nilai Al-Qur’an. Dan bisa kita katakan, apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tidak mempunyai motif lain kecuali untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang riil dan konkrit.
Tegasnya, Gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, konkrit dan nyata. Yang dapat dirasakan dan dinikmati oleh semua kalangan masyarakat (ummat) sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam
Kedua, gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan dakwah Islam, Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Ciri ini telah melekat tak terpisahkan dalam jati diri Muhammadiyah sejak kelahirannya. Hal ini berdasarkan pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap ayat-ayat Al-Qur’anul karim, terutama sekali surat Ali Imran ayat 104.
Berdasarkan ayat inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam; amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya. Strategi ini kemudian diimplementasikan dengan membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak; seperti berbagai macam lembaga pendidikan dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi, membangun banyak Rumah Sakit, Panti Asuhan dan sebagainya.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid
Ciri ketiga yang melakat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai gerakan tajdid. Makna tajdid dari segi bahasa berarti pembaharuan, dan dari segi istilah tajdid memiliki dua arti, yakini (a) pemurnian; dan (b) peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya. Juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan pembaharuan cara-cara pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
Arti dari pemurnian tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah. Sedangkan arti peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya; tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran pengamalan dan perwujudan ajaran Islamdengan tetap berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah shahihah (Said Agil Husain al-Munawar, Muhammadiyah dalam Kritik).
Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat disebut purifikasi, pemurnian (purufication), dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi, pembaharuan (reformation). Dan dalam hubungannya dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerajan tajdid, maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai gerakan purifikasi dan sekaligus gerakan reformasi.
0 Comments