STUDENTA- Indonesia memilki bermacam-macam suku bangsa. Setiap suku memiliki ragam bahasanya masing-masing. Pengembangan bahasa suatu suku bangsa, terutama suku bangsa yang besar dan memiliki beberapa juta penutur senantiasa terjadi banyak variasi. Itu disebabkan adanya perbedaan daerah geografi atau adanya perbedaan lapisan dan lingkungan sosial. Contohnya dalam bahasa Jawa, ada bahasa orang Jawa di Purwokerto, Brebes, Purworejo, Surakarta, atau Surabaya, masing-masing daerah memiliki dialek yang berbeda.
Perbedaan ragam bahasa dalam satu bahasa suatu suku bangsa disebut dialek. Dialek suatu daerah juga bisa berbeda dalam menentukan tingkat kesopanan pemakaiannya. Dalam analisis ini saya akan membandingkan dialek yang berfokus pada penggunaan kosa kata di daerah Brebes khususnya daerah Bumiayu dan Purworejo, seperti kata “Rika” (kamu) dalam bahasa dialek Brebes, berbeda makna dengan dialek yang digunakan oleh orang Purworejo. Perbedaan itu akan dibahas dibawah ini.
Pembahasan
Daerah satu dengan daerah lain memiliki tingkatan kesopanan dalam penggunaan kata-kata yang berbeda. Satu kata yang sama disetiap daerah belum tentu memiliki makna, tingkat kesopanan, dan status sosial yang sama. Satu kata dianggap tinggi dan sopan bagi satu daerah tapi juga dianggap rendah dan tidak sopan di satu daerah yang lain meskipun keduanya memiliki makna yang sama. Itu yang peneliti lihat dalam kata “rika” (kamu).
Dua kata Jawa di tingkat gaya yang berbeda. Penggunaan kata “rika” sangat familiar bagi warga Ngapak (Tegal, Brebes, dan sekitarnya). Kata itu digunakan untuk kata ganti kamu yang diucapkan dari yang lebih muda kepada yang lebih tua. Misalnya dari anak ke orang tua atau ketetangga yang usianya diatas kita. Dan jika kata “rika” digunakan dari yang usianya lebih tua ke usianya yang lebih muda dianggap tidak sopan terkesan “menuakan)”. Pada masyarakat Bumiayu kata “rika” dianggap sopan. Jika mereka tidak bisa menggunakan bahasa Jawa halus untuk penggunaan kata ganti panggilan dari yang muda ke yang tua, maka kata “rika” dianggap memiliki kedudukan yang tinggi.
Namun pada masyarakat Purworejo khususnya daerah Kutoarjo, kata “rika” memiliki makna yang negatif dan dianggap sebagai kata yang tidak sopan dan berada dikelas sosial rendah. Jika masyarakat Kutoarjo tidak bisa menggunakan bahasa Jawa halus maka mereka akan lebih memilih untuk menggunakan kata ganti “mba, mas, atau pak” disertai dengan nama.
Perbedaan itu diakibatkan karena letak geografis keduanya yang sangat berbeda antara daerah Bumiayu dan Kutoarjo. Bumiayu merupakan daerah yang dikelilingi oleh daerah dengan bahasa serumpun atau sama yaitu daerah-daerah dengan bahasa Ngapak seperti Tegal dan Purwokerto. Sedangkan Kutoarjo berada di daerah yang berbatasan dengan daerah yang indentik dengan penggunaan bahasa Jawa halus seperti Yogyakarta.
Perbedaan keduanya itu yang membuat penggunaan kata “rika” menjadi sangat berbeda dalam tingkat kesopanan dan status sosialnya. Karena itu lah letak geografis sangat mempengaruhi perbedaan bahasa pada suatu daerah, meskipun masih dalam lingkup Jawa.
Dalam status sosial biasanya kata “rika” digunakan oleh orang Bumiayu pada kelas sosial atas. Karena tingkat kesopanannya yang dianggap tinggi. Sedangkan kata “rika” yang digunakan oleh orang Kutoarjo yaitu pada kelas sosial rendah. Karena tingkat kesopanannya yang dianggap sangat rendah, bahkan kata “rika” sangat jarang digunakan oleh orang Kutoarjo.
Simpulan
Berdasarkan analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan kata “rika” yang dianggap sopan dan tinggi oleh warga Bumiayu, berbeda dengan penggunaannya oleh warga Kutoarjo yang menganggap bahwa kata “rika” itu bukanlah kata ganti yang sopan dan tinggi. Jadi letak geografi suatu daerah sangat menentukan bahasa pada daerah tersebut. Pengaruh daerah-daerah yang mengelilingi daerah tersebut memberikan kontribusi kuat dalam penggunaan bahasa. Dan kata “rika” akan sangat mudah diidentifikasikan jika rata-rata orang yang mengguakan kata “rika” adalah orang Ngapak, khususnya Bumiayu.