STUDENTA- Suwardi Suryaningrat atau yang kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara adalah Pahlawan Nasional dan peletak dasar pendidikan nasional, pendiri yayasan Pendidikan Tamansiswa yang menyelenggarakan Perguruan Tamansiswa. Lahirnya Perguruan Tamansiswa tidak terlepas dari perjuangan Ki Hadjar Dewantara sebagai salah satu peletak dasar Kebangkitan Nasional di Indonesia. Oleh sebab itu, perkembangan Perguruan Tamansiswa merupakan juga suatu perjuangan kemerdekaan dan kebangkitan nasional.
Bermula pada 6 September 1912 di Bandung didirikan Indische Partij oleh tiga serangkai : Dr. Dowes Dekker, Suwardi Suryaningrat, dan Dr. Soetjipto Mangoenkoesoemo. Indische Partij mengadakan perlawanan-perlawanan terhadap penindasan dari politik kolonial pada masa itu. ¹
Ketika pemerintah kolonial akan merayakan peringatan peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Perancis zaman Napoleon yang jatuh pada 15 November 1913, Ki Hadjar Dewantara bersama kawan-kawannya mendirikan Komite Bumi Putera untuk ikut merayakannya dengan aksi protes.
Ki Hadjar Dewantara menulis artikel yang dikeluarkan dalam brosur “Alsik enns een Nederlanderwas”. Dalam tulisan itu Ki Hadjar Dewantara mengkritik orang Belanda agar mempunyai rasa malu atas acara peringatan hari pembebasan tersebut sedangkan mereka sendiri masih menjajah bangsa Indonesia.
Tulisan Ki Hadjar Dewantara tersebut didukung oleh Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo yang menulis di Harian Express tanggal 26 juli 1913 berjudul “Krach of Vress?” (Kekuatan atau Ketakutan?). Selanjutnya tulisan Tjipto dalam harian tersebut dilanjutkan oleh tulisan Ki Hadjar Dewantara tanggal 20 Juli dengan artikel “Een voor allen, maar ook allen voor Een” (Satu untuk semua, tetapi juga semua untuk satu).
Dowes Dekker yang pada waktu itu baru kembali dari tanah Belanda menyokong dua kawan seperjuangannya dalam tulisannya di The Ekspess tanggal 5 Agustus 1913. Akibat dari perjuangan ini tiga sejoli itu pada 18 Agustus 1913 di buang oleh pemerintah Belanda. Ki Hadjar Dewantara ke Belanda.
Sekembalinya dari pembuangan di tanah Belanda, Ki Hadjar Dewantara pada 3 Juli 1922 mendirikan National Inderwijs Institut Tamansiswa (Perguruan Kebangsaan Tamansiswa) di Yogyakarta
Tampaknya sekembalinya Ki Hadjar Dewantara dari tanah Belanda perjuangan nasionalnya diubah dari politik praktis kepada perjuangan kemerdekaan melalui pendidikan. Perubahan strategi ini mengandung dua pesan.
Pertama, terlihat adanya kaitan yang sangat erat antara politik dan pendidikan. Pada zaman kolonial tekanan pemerintah dengan politik rahasianya PID (Politike Inlichtingen Dienst) sejenis polisi rahasia yang memata-matai gerakan Kemerdekaan Indonesia oleh pemimpin-pemimpinnya pada waktu itu.
Kedua, perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya dapat dicapai melalui perjuangan politik atau melalui jalan kekerasan tetapi melalui perubahan tingkah laku dan watak manusia Indonesia untuk berdiri sendiri. Inilah yang disebut roh Tamansiswa yang telah melahirkan asas-asas Tamansiswa tahun 1922 yang terkenal itu.
Asas-asas Tamansiswa tersebut tidak terlepas dari tekanan lingkungan pada waktu itu. Yaitu lingkungan kekuasaan kolonial yang begitu kuat selama lebih dari 350 tahun yang telah menghasilkan generasi bangsa Indonesia yang merasa rendah diri, bodoh dan menjadi bangsa kuli.
Asas-asas Perguruan Nasional Tamansiswa yang diciptakan tahun 1922 juga tidak terlepas dari pengalaman Ki Hadjar Dewantara selama pembuangan di negeri Belanda. Selama masa pembuangan tersebut, beliau memperdalam ilmu pendirikan dan mengenal aliran baru pendidikan masa itu. Tampak di dalam pemikirannya pengaruh Dr. Maria Montessori yang pada masa itu mengebangkan pemikiran modern yaitu kebebasan berekspresi anak di dalam perkembangannya.
Di samping Dr. Montessori, pada masa itu pula sangat terkenal sekolah kerja yang dikembangkan oleh Dr. Kreschensteiner di Jerman yang juga telah menarik perhatian pejuang pendidikan nasional Moh. Safe’i yang berkunjung ke sana. Seperti diketahui pendapat-pendapat dan praksis pendidikan yang dilaksanakan oleh Dr. Montessori dan Dr. Krechensteiner mempunyai dampak yang sangat besar dalam pendidikan modern hingga dewasa ini.
Kita lihat betapa Ki Hadjar Dewantara sebagai seorang politikus nasionalis telah mengembangkan dirinya sebagai seorang pendidik intelektual pada masanya
Demikian pula beliau telah mengawainkan dengan sangat cermatnya dua disiplin, ilmu politik (political science) dengan ilmu pendidikan (pedagogik). Suatu gagasan inovatif yang sangat jenius yang hanya dapat kita lihat dalam perkembangan pedagogik modern abad XII.
Pada abad itu terjadi perkembangan ilmu pendidikan modern yang melihat bahwa ilmu pendidikan tidak terlepas dari ilmu politik serta ilmu sosial yang lain, bahkan dengan ilmu-ilmu manusia (human sciences) seperti biologi dalam hal ini neuroscince.
Dari latar belakang politik, sosial dan ekonomi bangsa Indonesia dalam era Kebangkitan Nasional I seperti yang telah dijelaskan lahirlah Perguruan Nasional Tamansiswa. Dari asas-asas Tamansiswa tahun 1922 yang terkenal itu dapat kita identifikasikan tiga asas yang merupakan roh dari perguruan tersebut.
3 Asas tersebut adalah :
Pertama, Asas kemandirian manusia. Kedua, Asas sistem among yang merupakan habitus dari perkembangan prinsip kemandirian tersebut dan; Ketiga, Habitus budaya termasuk lingkungan alamaiah di mana terjadi perwujudan kemandirian dan sistem among tersebut.
Nah, unuk penjelasan dari ketiganya kita akan bahas di postingan selanjutnya ya. See you !