STUDENTA- Coronavirus benar – benar membungkam kita semua; menghentikan roda ekonomi, menghambat pendidikan dan mengacaukan sistem yang berlaku.
Bukan hal mutlak bahwa Corona adalah sebuah musibah. Hal ini membuat kita mengambil jarak dan mengerti tentang hakikat dunia. Berdiam di rumah merenungi apa yang selama ini kita lakukan, bahwa Tuhan punya cara yang tidak kita ketahui untuk mengingatkan hambanya.
Bumi memulihkan dirinya, ada kabar bahwa lapisan ozon mulai meningkat kembali. Tapi manusia tetap mengelak dan mengatakan bahwa coronavirus adalah sebuah keburukan (mungkin iya, tapi tidak mutlak). Tidak lain karena ego yang menguasai setiap diri untuk bermain dunia lagi.
Selama ini kita hidup berada di zona nyaman; bekerja, sekolah dan apapun itu tanpa hambatan
Menjalani kegiatan yang sama selama bertahun-tahun. Setelah Corona datang semua berubah tanpa ada waktu berakhir yang pasti.
Mungkin saja kita akan mati bukan karena virus Corona, tetapi karena kita tidak mampu menyesuaikan diri terhadap keadaan yang berbeda. Tidak usah berharap semua akan kembali normal dan bisa menjalani kehidupan seperti biasa. Hal yang paling tidak kita ketahui adalah kapan pandemi ini akan berakhir.
Hanya satu pilihan bagi kita, yaitu bangkit dan berkembang. Menemukan hal baru, memanfaatkan keadaan yang ada dan berpikir habis – habisan untuk mengembangkan diri sehingga mampu bertahan di tengah badai Corona virus, bahkan mampu bergerak menemukan potensi sejati yang kita miliki.
Kita harus bisa seperti Ultraman yang sudah berkedip nyawanya di ujung kekalahan, lalu bangkit dan mengeluarkan semua kekuatan yang dimiliki untuk menghancurkan musuh.
“Sedangkan musuh yang kita hadapi adalah kemalasan, cara berpikir yang tidak tepat dan ketakutan enggan berubah diri kita masing-masing”
Sebagai penutup, saya ingin meminjam apa yang dikatakan Alvin Toffler (Penulis buku “Future Shock”) bahwa “Mereka yang disebut kaum terpelajar di abad ke-21, bukanlah mereka yang mampu membaca, menulis dan berhitung (calestung), sesulit apapun calestung tersebut, melainkan mereka yang terus belajar, dan manusia pembelajar adalah manusia yang mampu beradaptasi terhadap setiap perubahan yang terjadi”.
Ditulis oleh : Muhammad Muza’in (Siswa SMK Muhammadiyah 1 Kedungtuban)