Belajar Ikhlas di Tempat Kerja


STUDENTA- Hallo studenta ! Pada postingan kali ini kita akan membahas tentang bagaimana sih caranya agar ikhlas di tempat kerja ! Sebelum kita membahasnya asaya ingin mengawalinya dengan dua kisah (anggap saja nyata) di tempat kerja. heuheu

Orang Pertama

Seorang karyawan mengadu dan mengeluh karena apa yang dikerjakannya disepelekan terus menerus oleh atasannya. Padahal menurut dia, semua yang dia kerjakan sudah sangat bagus dan maksimal. Bahkan hampir setiap orang memuji hasil kerjanya. Tapi bagi atasannya itu biasa-biasa saja. Siapa pun bisa melakukannya. Hanya kerjaan yang mudah dan ringan.

Orang Kedua

Seorang karyawan sangat ingin menunjukkan prestasi ke atasannya karena selama ini atasannya juga merasa kerjanya belum bagus. Sampai akhirnya apa yang diharapkan oleh atasannya dia bisa capai. Namun tidak berhenti di situ, dia pun berharap pujian dari atasannya, tapi sialnya ternyata atasannya menganggap bahwa hal tersebut biasa saja. Alangkah kecewanya dia dengan kenyataan ini.

Bisa jadi, kita (aku dan kamu) pernah mengalami hal yang demikian itu. Pertanyaannya adalah, apakah wajar jika kita kecewa? Sebagai manusia, tentu sangat wajar jika kita merasa kecewa. Tapi jangan kelamaan atau sampai berhenti bekerja gegara hal itu. Tentu pada saat kita menurunkan kinerja karena kecewa maka yang rugi adalah diri sendiri, selain tentu merugikan perusahaan.

Mari coba bertafakur sejenak !
Ketika menghadapi kasus yang demikian, sepertinya kita harus memulai dari mind set atau paradigma tentang bekerja dan pekerjaan.

Apa sebenarnya yang kita cari dalam bekerja?

Jika coba kita renungi, kesemuanya ini berkaitan erat dengan motivasi pada diri kita. Memang motivasi setiap manusia berbeda-beda dan ada tingkatan masing-masing. Level paling rendah yaitu phisical motivation, manusia yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan fisiknya berupa sandang, pangan dan papan. Tentu level ini tidak jauh berbeda dengan makhluk hidup lain, sebagaimana dawuh dari Buya Hamka :

Jika manusia bekerja untuk bertahan hidup, maka monyet juga bekerja untuk bertahan hidup

Oleh karena itu, jika ga mau disamakan sama monyet, sebagai manusia tidak poleh berhenti hanya sampai di level ini.

Tingkatan kedua, yaitu social emotional motivation atau motivasi sosial emosional berupa perasaan atau emosi, pengakuan atau eksistensi diri di dalam komunitas atau pergaulan. Inilah ciri khas manusia yang membedakannya dengan hewan.

Manusia membutuhkan pujian dan penghargaan untuk membangun positive feeling sehingga motivasinya naik. Namun, masalahnya baru muncul ketika kita tidak mendapatkan pujian atau penghargaan, yaitu munculnya negative feeling sehingga biasanya motivasi turun dan kinerja pun turun.

Nah, untuk mengatasi masalah di level ini, maka saya pribadi menganjurkan untuk dinaikkan lagi levelnya ke level yang ketiga, yaitu self development motivation. Pada level ini, manusia membutuhkan pengembangan diri khusunya di aspek intelektual, profesionalitas, dan kompetensi sehingga makin kompeten dalam bekerja.

Selain itu, kita semua (manusia) juga butuh pengembangan kedewasaan berupa kematangan dan keseimbangan emosi sehingga semakin bijaksana dalam kehidupan. Untuk mencapai ini semua manusia butuh masalah, ujian dan tantangan yang (ibaratnya) menjadi ‘api’, sehingga membuatnya semakin matang. Kuncinya :

Jika ingin tumbuh dan berkembang, maka masalah, ujian dan tantangan, harus dihadapi, dihayati, dan dinikmati

Manusia juga makhluk spiritual sehingga butuh pengembangan diri dari aspek spiritualistasnya. Tentu ini berkaitan erat dengan hubungan manusia (sebagai hamba) dan Allah (sebagai Penciptanya). Prinsip segala relasi kita dengan mansuai sebagai pihak kedua ternyata ada pihak ketiga yaitu Allah. Dan pada akhirnya urusan kita adalah dengan Allah sebagai pencipta manusia.

Sehingga pada akhirnya, setiap manusia bertanggung jawab kepada Allah yang menciptakannya. Dalam bekerja pun demikian. Jika memang ada komentar dan penilaian dari orang lain yang kurang sesuai dengan harapan, mohon di terima dengan ngelus lapang dada.

Caranya, bertawakal / pasarah kepada Allah sebagai penilaian terakhir. Kita berharap ridhaNya dari segala apa yang kita kerjakan. Jika manusia menilai hasil yang kita kerjakan belum sesuai harapan, semoga Allah menilai kita sudah berusaha dengan sebaik-baiknya.

Akhirnya, saya ingin tutup coretan saya dengan firman Allah QS. Al Insyirah ayat 7 – 8 :

Maka, apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap

Bagi saya pribadi, demikianlah sejatinya wujud ikhlas dalam bekerja. Terima kasih, semoga bermanfaat.


What's Your Reaction?

Terharu Terharu
0
Terharu
Sedih Sedih
0
Sedih
Bingung Bingung
0
Bingung
Marah Marah
0
Marah
Suka Suka
1
Suka
STUDENTA

If you can't be intelligent, be a good person Open your mind and keep trying !