STUDENTA- Hallo Studenta, coba ambillah uang, jumlahnya seratus, seribu, sepuluh ribu, dan seratus ribu. Fokus pada angkanya, abaikan bahannya. Apa yang sobat lihat perbedaan dari angkanya? Yes, betul sekali, bedanya hanya pada jumlah angka nolnya. Dan yang sama angka satu di depan angka nol tersebut.
Coba sekarang kita bayangkan, apa yang terjadi jika keempat uang itu angka nolnya dihapus, berapakah nilainya? Ternyata jika tidak ada angka satu didepannya, semua uang itu nilainya nol.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa yang membuat uang itu bernilai adalah adanya angka 1 di depan angka nol. Kemudian yang membuat nilainya berbeda karena jumlah angka nolnya yang berbeda. Semakin banyak angka nolnya semakin besar nilainya.
Apa hikmah dari cerita seingkat di atas?
Saya coba ibaratkan dengan apa yang dilakukan manusia dalam beramal. Amalan manusia ibarat angka nol. Jika dia beramal banyak maka angka nolnya juga banyak, demikian juga sebaliknya. Nah, sedangkan angka 1 di depan adalah niat yang ikhlas untuk ibadah kepada Allah.
Artinya, amal itu belum ada nilainya di sisi Allah jika belum ada niat ikhlas di dalamnya. Meskipun amalnya banyak tapi bukan karena Allah, maka nilainya tetap nol. Demikian pula meskipun amalnya sedikit tapi ikhlas karena Allah, maka nilainya lebih tinggi dibandingkan yang tidak ikhlas.
Jadi, nilai amal ditentukan oleh ikhlasnya niat di awal
Nah, kemudian ini dijadikan pegangan oleh sebagaian orang bahwa lebih mulia orang yang beramal meskipun sedikit tapi diniati dengan ikhlas, dari pada orang yang beramal banyak tapi tidak ikhlas. Tentu saya akan berpendapat bahwa lebih mulia lagi kalau amalnya banyak dan niatnya ikhlas hehe
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5 :
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus
Dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus
Sebelum tulisan ini selesai, mari kita merenungi sebuah kisah yang terdapat dalam sebuah hadits berikut ini. Ada mujahid, ulama dan dermawan. Saat di depan pengadilan Allah sang mujahid mengatakan dirinya berhak masuk surga karena telah berjuang membela agama Allah saat hidup di dunia sampai meninggal dalam peperangan.
Namun Allah tahu apa yang ada dalam hatinya. Ternyata dia berperang bukan karena Allah tapi karena ingin disebut orang yang berani dan diberi gelar pahlawan. Itu semua sudah diperolehnya di dunia, dan diakhirat dia tidak dapat apa-apa lagi. Akhirnya dia pun diputuskan masuk neraka, karena beramal bukan karena Allah.
Kemudian orang kedua sang ulama pun maju. Dia mengatakan dirinya ulama yang banyak memberi nasihat kepada manusia sehingga menjadi sadar, beriman dan bertaqwa kepada Allah. Tulisannya pun banyak yang diterbitkan dalam bentuk buku dan menyebar ke seluruh penjuru negeri. Dia pun merasa berhak masuk surga dengan segala amalannya tersebut.
Namun Allah Maha Tahu apa yang menjadi tujuan dia sebenarnya. Sungguh dia menuntut ilmu karena ingin disebut ulama, mendapatkan kehormatan di sisi manusia. Dan itu semua sudah diraihnya saat hidup di dunia sehingga di akhirat dia tidak mendapatkan lagi balasan amalnya. Akhirnya dia pun juga diputuskan masuk neraka karena beramal bukan karena Allah.
Terakhir majulah seorang dermawan, orang kaya yang selama hidupnya banyak membantu kaum kafir miskin dan juga membangun fasilitas umum bagi kepentingan masyarakat
Mendirikan sekolah, masjid, mengelola panti asuhan, dan sebagainya. Dai pun merasa berhak masuk surga dengan segala amalannya tersebut.
Namun, Allah Maha Tahu apa yang menjadi tujuan dia sebenarnya. Sungguh tujuan dia menginfakkan hartanya agar disebut dermawan. Itu semua sudah diraihnya saat hidup di dunia sehingga diakhirat dia tidak mendapatkan lagi balasan amalnya. Akhirnya, dia pun juga diputuskan masuk neraka karena beramal bukan karena Allah.
Demikian pentingnya ikhlas dalam beramal sehingga menjadi kunci amalan kita diterima oleh Allah. Mumpung masih di dunia, yuk bareng-bareng kembali meluruskan niat bahwa segala aktivitas dan amalan yang dilakukan diniatkan untuk meraih ridha Allah swt. Sebagaimana nasihat dari guru saya :
Teruslah untuk selalu tajdidun niat (memperbaharui niat) dalam segala aktivitas yang kita lakukan sehari-hari.
Akhirnya, semoga pandemik covid-19 segera berakhir ! Aamiin