STUDENTA- Kajian budaya politik secara khusus dapat dijumpai dalam kepustakaan ilmu politik. Sehubungan dengan hal tersebut maka terdapat beberapa definisi atau pengertian tentang budaya politik. Tetapi yang paling menarik dan menurut kami paling bisa menjelaskan makna dari budaya politik adalah sebuah teroi dari Sidney Verba dan Almond (1992).
Mereka menyatakan bahwa budaya politik terdiri dari dari tiga point penting, yaitu :
- Sistem kepercayaan empiris
- Simbol-simbol ekspresif nilai-nilai dalam tindakan politik yang terjadi
- manifes dari orientasi subjektif pada politik yaitu orientasi kognitif, afektif dan evaluatif.
Selain itu, Almond dan Powell juga menyatakan bahwa konsep politik dipilah menjadi tiga acuan, yaitu :
- Isi (hakikat) pokoknya
- Jenis-jenis orientasi
- Hubungan sistematis diantara komponen-komponen
Analisa tentang budaya politik suatu bangsa akan selalu berkaitan dengan ketiga hal tersebut. Misalnya dari acuan isi pokoknya, kita dapat berbicara mengenai sistem budaya, proses budaya, dan kebijakan budaya.
Dari urian di atas, kita dapat menarik benang merah (simpulan) bahwa budaya politik adalah suatu cerminan / kumpulan dari sikap, nilai, sistem kepercayaan, pola-pola orientasi (kognitif, afektif dan evaluatif), informasi dan keterampilan tertentu dalam bidang politik.
Orientasi Budaya Politik
Mengutip pendapat Almond, Nazaruddin Syamsudin (Ketua KPU 2001-2005) berpendapat bawah budaya politik adalah suatu sikap orientasi khas warga negara terhadap sistem politik dan ragam bagiannya, serta sikap terhadap peranan warga di dalam sistem politik itu. Jadi, budaya politik memadukan dua tingkat objek orientasi politik, yaitu sistem dan individu yang terkait didalamnya.
Dalam orientasi budaya politik terdapat 3 komponen, yaitu kognitif, afektif dan evaluatif. Sikap individu atau masyarakat terhadap sistem politik dapat diukur dengan tiga komponen tersebut.
Contohnya, kita dapat menilai komponen kognitif orientasi terhadap sistem politik dari tingkat pengetahuan seseoran tentang :
- Jalannya sistem politik
- Tokoh-tokoh pemerintahan
- Kebjaksaan atau keputusan pemerinta
- Simbol-simbol sistem politik secara keseluruhan
Komponen afektif meliputi aspek perasaan warga negera
Seorang individu mungkin mempunyai perasaan khusu terhadap suatu sistem politik. Perasaan teresbut dapat membuatnya menerima atau menolak suatu sistem politik secara keseluruhan. Sikap yang lama tumbuh dan berkembang dalam keluarga atau lingkungan hidup memiliki pengaruh terhadap pembentukan perasaan individu yang bersangkutan.
Komponen evaluatif orientasi politik ditenukan oleh evaluasi moral pada diri seseorang
Maka norma-norma yang dianut menjadi dasar sikap dan penilaiannya terhadap sistem politik. Namun demikian, penilaian merupakan hal subjektif, yaitu merupakan kemampuan subjektif untuk mengukur kehadiran sistem politik, bagian dan simbol, sert norma yang dimiliki masyarakat.
Ketiga komponen tersebut memiliki sifat simultan atau merupakan satu kesatuan. Mislanya, membentuk suatu penilaian tentang seorang pemimpin maka seorang warga tentu harus memiliki pengetahuan tentang si pemimpin.
Sedangkan, pengetahuan tersebut tentu pula telah diwarnai atau dibentuk oleh perasaannya sendiri atau sebaliknya mempengaruhi perasaan orang tersebut. Misalnya, masalah simbol politik, pengetahuan seseorang terhadap simbol politik sering mempengaruhi perasaan orang tersebut terhadap sistem politik secara keseluruhan.
Ada pun yang menjadi kajian dari budaya politik adalah aspek sikap atau pandangan antarwarganegara
Ada dua siakp atau pandangan yang menyangkut hal tersebut, yaitu :
- Rasa percaya diri (trust) yang membentuk kualitas politik kerja sama.
- Permusuhan (hostility) yang membentuk kualitas politik.
Dalam sistem politik, keduanya (kerjasama dan konflik) menjadi instrumen pengukur berfungsinya budaya politik dalam pemeliharaan sistem politik.