Analisis Puisi ‘A Dream Within a Dream’ karya Edgar Allan Poe


STUDENTA- Hallo studenta. Post kali ini kita akan membahas tentang puisi. Nah karya yang akan kita bahas kali ini berjudul “A Dream Within a Dream”. Dalam pembahasan kali ini kita mencoba untuk menafsirkan dan menganlisis karya tersebut. Oke sebelum kita ketopik utama, mari berkenalan secara singkat terlebih dahulu dengan penciptanya.

A dream within a dream merupakan puisi yang diciptakan oleh seorang penyair, penulis, editor, dan kritikus sastra Amerika yakni Edgar Allan Poe. Ia lahir pada 19 Januari 1809 di Boston, Massachusetts, AS dan meninggal pada 7 Oktober 1849 (40th) di Baltimore, Maryland, AS. Karyanya ini pertama kali diterbitkan pada 31 Maret 1849 dan memiliki 24 baris serta dibagi menjadi dua bait. Berikut ini puisi karya Edgar Allan Poe.

A Dream Within a Dream

Take this kiss upon the brow!
And, in parting from you now,
Thus much let me avow—
You are not wrong, who deem
That my days have been a dream;
Yet if hope has flown away
In a night, or in a day,
In a vision, or in none,
Is it therefore the less gone?
All that we see or seem
Is but a dream within a dream. (First Stanza)

I stand amid the roar
Of a surf-tormented hore,
And I hold within my hand
Grains of the golden sand—
How few! yet how they creep
Through my fingers to the deep,
While I weep–while I weep!
O God! can I not grasp
Them with a tighter clasp?
O God! can I not save
One from the pitiless wave?
Is all that we see or seem
But a dream within a dream? (Second Stanza)


Terjemahan :


“Mimpi dalam Mimpi”

Terima ciuman ini di dahi!
Dan, berpisah darimu sekarang,
Sebanyak itu biar aku akui—
Kamu tidak salah, siapa yang menganggap
Bahwa hari-hariku adalah mimpi,
Namun jika harapan telah hilang
Di malam hari, atau di siang hari,
Dalam penglihatan, atau tidak ada,
Karena itu, apakah semakin sedikit yang hilang?
Semua yang kita lihat atau nampak
Hanya mimpi dalam mimpi. (Bait Pertama)

Saya berdiri di tengah suara gemuruh
Dari pantai yang tersiksa ombak,
Dan saya pegang di tangan saya
Butir pasir emas—
Sedikit sekali! Namun bagaimana mereka merayap
Melalui jariku sampai ke dalam,
Sementara saya menangis – sementara saya menangis!
Ya Tuhan! Tidak bisakah saya pegang
Mereka dengan genggaman yang lebih erat?
Ya Tuhan! Tidak bisakah saya menyelamatkan
Satu dari gelombang tanpa belas kasihan?
Apakah semua yang kita lihat atau nampakkan
Tetapi mimpi di dalam mimpi? (Bait Kedua)

Setelah kita mengetahui karya Edgar, kita lanjutkan dengan menginterpretasikan dan menganalisis karya tersebut. Berikut penjabarannya.

Interpretasi Puisi

Menurut peneliti, puisi karya Edgar Allan Poe berjudul A Dream Within a Dream menggambarkan begitu banyak pesan moral di dalamnya bagi pembaca.

Peneliti menemukan bahwa puisi ini menginterpretasikan sesuatu yang sulit jika tidak bisa kita dapatkan. Secara garis besar puisi ini menceritakan tentang harapan, keputusasaan, dan ketidakberdayaan manusia dalam perjalanan waktu dan membandingkannya dengan mimpi. Harapan seperti itu hilang dan kita tidak dapat mewujudkan harapan tersebut. Kita tahu jika harapan hilang maka seseorang tidak bisa mencapai cita-cita yang ingin dicapai. Memberi efek nekat bagi seseorang. Puisi ini ibarat memberi gambaran bagi kita yang harapannya menjadi misteri. Kita terpaksa berusaha mewujudkan harapan yang kita inginkan. Jika tidak ada upaya yang kita lakukan maka harapan akan hilang.

Refleksi dari Harapan yang Hilang karya Edgar Allan Poe

Analisis Struktur dari A Dream Within A Dream

Salah satu unsur dalam puisi adalah unsur intrinsik. Dalam puisi Edgar Allan Poe yang berjudul “A Dream Within A Dream” memiliki unsur intrinsik yang akan dianalisis. Analisis unsur intrinsik terdiri dari unsur fisik dan unsur batin. Pertama peneliti menganalisis unsur fisik dalam puisi A Dream Within A Dream, berikut penjelasannya :

Unsur Intrinsik

Unsur fisik terdiri dari diksi, simbol, pengimajian, bahasa figuratif, dan Rima. Berikut penjelasan masing-masing unsur :

Pertama, Diction

Diction merupakan pilihan kata yang digunakan penyair untuk mengungkapkan suatu makna. Diksi memberikan kesan indah pada sebuah puisi. Dalam puisi ini, diksi yang digunakan yakni diksi yang berisi makna konotatif. Makna konotatif berarti memberikan pesan yang disampaikan secara tidak langsung. Ini adalah kalimat yang berisi diksi dalam puisi ini :

“That my days have been a dream” (Bait Pertama)

Dalam bait diatasa memiliki makna jika kehidupan itu untuk mewujudkan sebuah harapan sangatlah sulit. Kita akan kehilangan itu seperti sebuah mimpi yang hanya bisa kita nikamati dalam tidur kita.

“Yet if hope has flown away” (Bait Pertama)

Makna dari bait tersebut adalah menggambarkan sesuatu yang sulit dicapai hingga semua itu hilang. Harapan terbang jauh dapat memberikan makna seperti sebuah keinginan dan harapan yang ada pada khayalan sehingga semua itu pergi.

Dalam bait lain yaitu:

“How few! Yet how they creep” (Bait Kedua)

Itu menggambarkan bahwa harapan itu sulit untuk diwujudkan. Sama halnya ketika kita mencoba untuk menahan atau menggenggam butiran pasir tersebut. Tiap butir pasir yang jatuh memnggambarkan seperti tiap harapan yang semakin sulit untuk dicapai.

Kedua, Symbol

Simbol adalah objek yang merepresentasikan sesuatu. Simbol tersebut dapat memperjelas gambaran dalam puisi. Simbol dalam puisi ini yaitu:

Is but a dream within a dream (Bait Pertama)

Kata “dream” dalam bait puisi diatas mengandung makna harapan. Kemudian kata dream tersebut diulang kembali untuk menegaskan bahwa harapan yang dimaksud dalam puisi ini hanya sebuah khayalan. Sama halnya seperti mimpi yang sulit untukbisa menjadi kenyataan.

Peneliti juga menemukan simbol lain dalam puisi yang mendukung maksud dari puisi ini.

Grains of the golden sand (Bait Kedua)

Frasa “golden sand” dalam bait puisi diatas bermakna jika sesuatu yang kita harapkan harus diperjuangkan, karena sebuah harapan itu sangat berharga. Namun pasir yang digambarkan disini adalah ketika harapan itu sedikit demi sedikit hilang dari kehidupan. Pasir itu disimbolkan sebagai sesuatu yang diinginkan, namun pasir tidak bisa ditahan dalam genggaman tangan seseorang. Hal itu mengartikan jika sesuatu itu sangat sulit untuk didapatkan.

Ketiga, Imagery 

Imagery yang digambarkan dalam puisi “A Dream Within A Dream” yaitu digambarkan dengan alam. alam disini digambarkan dengan gelombang dan juga pasir. Seperti yang kita ketahui jika gelombang air laut akan menghempas semua yang ada didepannya. Tidak hanya itu gelombang tersebut juga sedikit demi sedikit mengikis pasir-pasir yang ada di tepian laut. Hal itu menggambarkan jika kehidupan ini penuh dengan rintangan. Gelombang tersebut menggambarkan sebuah harapan yang tidak bisa diwujudkan karena rintangan-rintangan yang datang menghempas harapan itu.

Of a surf-tormented shore,
“…Grains of the golden sand” (Bait Kedua)

Keempat, Bahasa Figuratif 

Figurative language ialah bahasa yang digunakan penyair utuk mengatakan sesuatu dengan menggunakan bahasa kiasan, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Dalam puisi A Dream Within A Dream peneliti menemukan kalimat yang terdapat dalam bahasa kiasan yaitu majas personifikasi dan majas metafora. Pertama adalah majas personifikasi. Personifikasi adalah bahasa kiasan yang membandingkan benda tak bernyawa seolah-olah hidup dan memiliki karakteristik seperti manusia yang bisa merasakan sesuatu. Majas personifikasi ditemukan oleh peneliti dalam kalimat berikut:

“Yet if hope has flown away” (Bait Pertama)

Pada dasarnya harapan itu tidak bisa terbang karena harapan bukan sebagai makhluk hidup. Makna dari kalimat hope has flown away adalah ketika sesuatu yang kita perjuangkan dalam kehidupan telah hilang maka hanya akan ada dalam  kenangan.

Kalimat lain yang menunjukan majas personifikasi peneliti temukan pada kalimat :

How few! yet how they creep” (Bait Kedua)

Kata they” pada bait tersebut mengarah pada sand”. Seperti yang kita ketahui pasir bukan sebagai makhluk hidup yang dapat merayap. Makna dari they creep adalah jika waktu itu terus berjalan. Pasir merayap diibaratkan seperti jam waktu yang tanpa henti terus berjalan meninggalkan masa lalu dan menuju pada masa depan. Itu berarti bahwa seseorang akan kehilangan harapannya ketika ia tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik.

Kedua adalah majas metafora. Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Peneliti menemukan majas metafora pada kalimat berikut:

Grains of the golden sand” (Bait Kedua)

Biasanya yang memiliki sifat emas yaitu seperti gelang, cincin, kalung, dan anting. Pada puisi tersebut kata golden sand memiliki makna jika waktu itu sangatlah berharga dalam kehidupan ini. Waktu itu yang akan menentukan apakah kita akan kehilangan harapan karena waktu atau kita akan mendapatkan harapan karena menggunakan waktu.

Kelima, Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Rima dalam puisi A Dream Within A Dream yaitu AAABBCCDDBB-EEFFGGGHHIIBB.

Kedua, peneliti juga menganalisis unsur batin puisi. Unsur batin puisi karya Edgar Allan Poe seperti tema, feeling, tone, dan atmosfer.

Unsur Batin
Pertama, Tema

Tema dalam puisi “A Dream Within A Dream” adalah bertemakan tentang harapan yang tidak bisa diwujudkan dan kesengsaraan. Itu tergambar dari semua bait puisi yang ditulis oleh Edgar Allan Poe. Harapan itu seperti sesuatu yang sangat sulit untuk didapatkan. Sdangkan kesuraman itu tergambar akibat dari harapan yersebut yang tidak bisa diwujudkan sehingga membuatnya menjadi suram.

Is but a dream within a dream (Bait Pertama)
“Oh God! Can I not graps” (Bait Kedua)

Kedua, Feeling

Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Bentuk ekspresi yang mewakili perasaan penyair dalam puisi A Dream Within A Dream yaitu kesuraman dan kesedihan. Karena bahasa yang digunakan cenderung bersifat perenungan atau penyadaran akan harapan-harapan yang tidak bisa ia wujudkan. Setiap baitnya menggambarkan jika kesuraman dan kesedihan selalu mengikuti perjuangan seseorang.

Bait yang menggambarkan kesuraman dan kesedihan yaitu:

“While I weep–while I weep!
O God! can I not grasp
Them with a tighter clasp?
O God! can I not save
One from the pitiless wave?
Is all that we see or seem
But a dream within a dream? (Bait Kedua)

Ketiga, Tone

Tone dalam puisi ini yaitu bernada sedih. Karena setiap baitnya memberikan kita kesadaran bahwa sesuatu yang tidak kita perjuangkan dan hanya ada dalam fikiran kita maka semua itu sia-sia. Harapan yang diinginkan tidak akan pernah terjadi. Jika sesuatu yang diinginkan hanya sebatas pada khayalan dan fikiran kita pada semuanya akan hilang dengan sendirinya.

“O God! Can I not graps”
“O God! Can I not save” (Bait Kedua)

Keempat, Atmospir

Atmosfer dalam puisi ini adalah kesedihan. Itulah yang dirasakan oleh peneliti setelah membaca puisi ini. Kesedihan tersebut dapat dirasakan dari setiap bait puinya terutama pada bait ke 19 sampai pada bait ke 24. Kesedihat itu semakin terasa.

“O God! canI not save”
“One from the pitiless wave?”
“Is all that we see or seem”
“But a dream within a dream?” (Bait Kedua)

Kelima, Moral Message

Pesan moral dalam puisi ini yaitu kita harus berjuang untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Jika kita mempunyai harapan dan juga sesuatu yang ingin dicapai maka jangan hanya ada dalam pikiran kita namun harus diimbangi dengan tindakan kita untuk mewujudkannya. Karena jika tidak maka semua itu akan hilang dengan sia-sia.

Demikian pembahasan salah satu karya dari sastrawan terkenal. Selanjutkan kita akan posting karya-karya dari sastrawan lain. Ditunggu ya. Semoga postingan ini memberi manfaat. thank you dan sampai jumpa di postingan berikutnya.


What's Your Reaction?

Terharu Terharu
11
Terharu
Sedih Sedih
4
Sedih
Bingung Bingung
6
Bingung
Marah Marah
3
Marah
Suka Suka
7
Suka
Lusi Nurkhayati
Menyapa lewat kata, melihat dengan nurani, berbagi melalui tulisan di sini, berharap tetap abadi.